Musik dan Proses Belajar

Musik dan Proses Belajar - Banyak penelitian melibatkan musik untuk mendukung proses belajar. Menurut Fathurrohman & Sutikno (2009), kegiatan belajar mengajar memiliki ciri‐ciri sebagai
berikut:

a) memiliki tujuan,
b) terdapat mekanisme, prosedur, langkah‐langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan
didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
c) fokus materi jelas, terarah, dan terencana dengan baik,
d) adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar, e) aktor guru yang cermat dan tepat,
f) terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing‐masing,
g) limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran,
h) evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Menurut Walberg & Greenberg (dalam De Porter et al., 2001) lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Lebih lanjut De Porter et al.(2001) mengemukakan bahwa suasana kelas dalam mendukung proses belajar mengajar dapat didesain secara menyenangkan, serta ditambahkan perangkat‐perangkat pendukung, seperti tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan musik.
Tumbuhan penting untuk diletakkan dalam kelas karena tumbuhan menyediakan oksigen dalam udara. Semakin banyak oksigen yang didapat, semakin baik otak berfungsi. Penggunaan tanaman yang dapat memperkaya persediaan oksigen, misalnya defenbachias dan mimosa untuk memberi efek visual yang indah serta tidak memerlukan perawatan yang rumit (De Porter et al., 2001). Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu. Hal ini disebabkan daerah penciuman merupakan reseptor bagi endorfin yang memerintahkan tanggapan tubuh menjadi merasa senang dan sejahtera (Hirsch, dalam De Porter et al., 2001).

Lavabre (dalam De Porter et al., 2001) menyebutkan penyemprotan aroma mint, kemangi, jeruk, kayu manis, dan rosemary akan meningkatkan kewaspadaan mental. Sementara wangi lavender, kamomil, dan mawar memberi ketenangan dan relaksasi. De Porter et al. (2001) mengemukakan bahwa pada umumnya individu mempunyai ikatan yang kuat dengan hewan peliharaannya. Hampshire College di Massachusset bahkan mendorong mahasiswa barunya membawa hewan peliharaan mereka untuk memudahkan transisi kekehidupan perguruan tinggi yang kadang
menimbulkan stres.

Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Musik dapat menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Penelitian mendukung penggunaan musik barok (Bach, Corelli, Tartini, Vivaldi, Handel, Pachelbel, Mozart) dan musik klasik (Satie, Rachmaninoff) untuk merangsang dan mempertahankan lingkungan belajar optimal (Schuster & Gritton, dalam De Porter etal., 2001). Mendengarkan musik barok sambil belajar dapat meningkatkan kemam puan seseorang untuk mengingat ejaan, puisi, dan kata‐kata asing (Campbell, 2001).

Musik dalam proses belajar dapat digunakan untuk:
a) meningkatkan semangat,
b) merangsang pengalaman,
c) menumbuhkan relaksasi,
d) meningkatkan fokus,
e) membina hubungan,
f) menentukan tema untuk hari itu,
g) memberi inspirasi,
h) bersenang‐senang (De Porter et al., 2001).

Berhubungan dengan musik dan proses belajar ada yang disebut ”efek Mozart”.
Para peneliti menemukan bahwa siswa yang mendengarkan musik Mozart tampak lebih mudah menyimpan informasi dan memperoleh nilai tes yang lebih tinggi (Brown dalam De Porter et al.,2001). Efek Mozart mengacu pada peningkatan performa atau perubahan dalam aktivitas neurofisiologis dihubungkan dengan mendengarkan musik Mozart. Efek ini terbukti memberikan peningkatan pada subsekuen tes IQ spasial pandang‐ruang (Rauscher, Shaw, & Ky, 1995). Neurofisiologis otak berubah ketika mendengarkan efek musik Mozart telah diobservasi menggunakan electroencephalograph (EEG) dan pengukuran koheren. Perubahan dalam EEG dan koheren terutama pada area temporal dilaporkan oleh Petsche dan koleganya (Jausovec & Habe, 2005). Studi lain menemukan tiga  dari tujuh subyek mengalami peningkatan aktivitas frontal kanan dan temporal‐parietal kiri setelah diperdengarkan Mozart Sonata (K.448), dan efek tersebut masih terbawa selama penyelesaian tugas spasial pandang‐ruang (Sarnthein et al., dalam Jausovec & Habe, 2005).

Taher & Afiatin (2005) meneliti pengaruh musik gamelan terhadap peningkatan pemahaman bacaan pada pelajar SMP Kanisius Kalasan kelas 1. Peneliti tersebut menggunakan musik gamelan yang tidak bersyair dan memiliki tempo 60 ketukan per menit dengan alasan subyek yang  diteliti adalah anak‐anak Jawa. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan pemahaman bacaan antara kelompok eksperimen yang mendengarkan musik gamelan dengan kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik gamelan.

Namun demikian, pada kelompok eksperimen, subjek yang biasa belajar sambil mendengarkan musik pop memiliki hasil post tes yang lebih baik dibandingkan dengan subjek yang biasa mendengarkan musik gamelan dan diikuti dengan subyek yang tidak mendengarkan musik saat belajar.

Dalam hal ini, musik gamelan dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit dan tanpa syair ternyata dapat membantu meningkatkan pemahaman bacaan subyek pada kelompok eksperimen, baik yang biasa mendengarkan musik pop, musik gamelan, maupun yang tidak mendengarkan musik saat belajar.
Tyasrinestu & Kuwato (2004) meneliti penggunaan musik pendidikan dalam pengembangan memori kosakata bahasa Inggris anak. Subjeknya adalah anak‐anak Taman Kanak‐kanak B, yang berusia 5 sampai 6,5 tahun, belum pernah ikut kursus bahasa Inggris dan belum pernah menerima pelajaran bahasa Inggris dari guru bahasa Inggris khusus. Hasil penelitian menunjukkan,

1) ada perbedaan yang signifikan dalam mengingat kosakata bahasa Inggris antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapat perlakuan,

2) musik pendidikan sebagai perla kuan pada kelompok eksperimen ternyata terbukti secara signifikan meningkatkan kemampuan mengingat kosakata bahasa Inggris anak lebih besar daripada kelompok kontrol,

3) respon subyek terhadap aktivitas pelatihan musik pendidikan melalui lagu‐lagu anak berbahasa Inggris sangat antusias.

Related Posts

Post a Comment